Sudah 10 Tahun Pacaran, Akankah Sampai ke Pernikahan?

Saya punya pacar dan kami sudah pacaran 10 tahun. Tapi karena sekarang kami LDR makanya kami sering berantem. Sampai sekarang juga belum ada tanda-tanda kekasih ingin menikahi saya. Apakah kami akan sampai ke pernikahan?

(Diandra, 24 Tahun)

Jawab:

Kartu yang muncul adalah Four Swords terbalik, Queen Wands terbalik dan The Moon. Untuk saat ini tampaknya memang kejelasan tidak akan datang dalam waktu dekat Diandra. Dan tidak banyak yang bisa kamu lakukan selain fokuslah justru pada apa yang sedang kamu kerjakan saat ini. Bisa pekerjaan, bisa kesenian, dan hal-hal lain kecuali hubungan tersebut.

Kalian terlihat sedang dalam fase merenung. Justru jika fokus pada hubungan apalagi jarak jauh, kalian akan makin banyak berselisih. Bercakaplah seperlunya dan usahakan bercerita mengenai kemajuan dan perkembangan yang menarik, buat dia merasa sebagai orang yang seru untuk berbagi cerita.

Romeltea Media
stresslagi Updated at:

Riset: Pernikahan Bisa Lebih Harmonis Jika Pasangan Bertengkar Setelah Makan

Ingin membicarakan suatu masalah yang berpotensi membuat pasangan marah? Sebaiknya lakukan setelah Anda dan suami makan. Riset terbaru membuktikan saat lapar pertengkaran pasangan bisa menjadi lebih sengit dan kasar.

Hangry, hungry and angry, itulah kata baru yang menjadi inspirasi dari Brad Brushman seorang psikolog di Ohio State University untuk melakukan penelitian. Dia melakukan riset mengenai kemarahan selama 25 tahun. Penelitiannya tersebut dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences.

"Kemarahan terkadang muncul saat kita kehilangan kontrol diri," begitu kata Brad seperti dikutip CNN. Ditambahkannya, yang membuat seseorang kehilangan kontrol dirinya adalah saat mereka tidak memiliki energi yang pastinya didapat melalui makanan.

Kesimpulan di atas didapatkan Brad melalui penelitian terhadap 107 pasangan menikah. Dalam risetnya, suami-istri diukur tingkat glukosa atau gula darahnya setiap pagi dan malam selama 21 hari.

Setiap malam, pasangan diminta menusukkan jarum ke sebuah boneka voodoo. Peneliti menyediakan 51 jarum. Jumlah jarum yang ditusuk ke boneka tersebut dibebaskan pada masing-masing responden, tergantung tingkat kemarahan mereka pada pasangan masing-masing. Peneliti kemudian membandingkan tingkat kemarahan para responden tersebut dengan tingkat gula darah mereka.

Setelah 21 hari, para responden diminta datang ke tempat penelitian untuk menjalani tes lain. Para suami dan istri yang menjadi responden diminta bertanding melawan satu sama lain dalam sebuah pertandingan virtual. Responden kemudian diberitahukan bahwa mereka yang keluar menjadi pemenang boleh meneriaki pihak yang kalah dengan suara keras.

Saat aktivitas di atas dilakukan, peneliti mengukur seberapa lama dan intens pemenang mengeluarkan suara keras tersebut. Saat melakukan pertandingan virtual sambil berteriak itu, responden juga diukur tingkat darahnya.

Dari berbagai aktivitas yang dilakukan responden tersebut, peneliti menyimpulkan, responden dengan level gula darah yang rendah tingkat kemarahannya lebih besar. Tingkat kemarahan ini terlihat dari banyaknya jarum yang ditusukkan ke boneka voodoo dan bagaimana mereka meneriaki pasangannya dengan suara keras.

Penelitian yang dilakukan Brad ini mendukung riset dia sebelumnya bersama rekan-rekannya di Ohio State University. Dalam riset sebelumnya dia menemukan responden yang minum minuman manis bersikap tidak terlalu 'panas' saat bertengkar ketimbang mereka yang tubuhnya kekurangan glukosa.

Berdasarkan penelitiannya itu, Brad pun memberikan saran pada pasangan suami-istri. "Aku merekomendasikan pasangan mendiskusikan masalah sensitif saat makan. Atau malah lebih baik setelah makan," katanya.

Romeltea Media
stresslagi Updated at:

Kenapa Kekasih Belum Bicarakan Pernikahan? 5 Hal Ini Bisa Jadi Sebabnya

Ketika hubungan asmara sudah berjalan bertahun-tahun, tidak sedikit wanita mulai bertanya-tanya kenapa si dia belum juga membicarakan masalah pernikahan. Apakah kekasih meragukan Anda? Atau ada hal lain yang membuatnya belum mau melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius?

Kegelisahan ini memang wajar dirasakan oleh wanita. Psikolog Ratih Ibrahim menyarankan, ketimbang menduga-duga kenapa kekasih tidak juga memberikan kepastian mengenai hubungan asmara, komunikasikan kegelisahan tersebut pada si dia.

Jika Anda sudah mengomunikasikan hal tersebut dan ternyata si dia memang belum mau menikah, apa yang harus dilakukan? "Langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah ikuti kata hati. Kalau memang merasa tidak akan mampu menunggu dia, sampaikanlah hal tersebut kepadanya. Berikanlah target kepada dirinya seberapa lama bersedia menunggu dia," jelas Ratih.

Sebagai bahan pertimbangan agar lebih memahami pria, berikut ini berbagai alasan yang kerap membuat mereka tidak juga membuat rencana menikahi kekasihnya, seperti dikutip dari berbagai sumber:

1. Belum Punya Cukup Uang
Uang memang sangat sensitif. Sebagian pria tidak ingin menikah kalau merasa dirinya belum mampu membiayai keluarganya nanti. Bukan berarti dia tidak serius, tapi justru dia ingin memberikan yang terbaik untuk Anda. Pria berpikir bahwa dia lah penopang rumah tangganya dan dia bertanggung jawab atas hal itu. Dengan demikian, Anda harus mengerti dan tetap berada di sampingnya hingga dia siap melamar Anda.

2. Sudah Merasa Terlalu Nyaman dengan Hubungan Asmara
Banyak wanita dan pria yang merasa sudah sangat klop layaknya suami-istri. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang sering berkunjung ke rumah pasangan dan tinggal di sana selama berhari-hari. Hal itu membuat pria merasa tidak ada bedanya antara ada status menikah atau tidak. Mungkin, mereka juga merasa bosan karena hubungan yang bertahun-tahun.

Jika Anda mengalami situasi ini, coba cari waktu untuk membicarakan hubungan kalian selanjutnya. Biar bagaimanapun, pernikahan tidak hanya sekadar hidup bersama, tapi mengelola hubungan agar lebih baik lagi kedepannya serta memiliki keturunan sebagai penerus Anda dan pasangan.
3. Fokus pada Karier
Tidak sedikit pria yang menunda pernikahan karena pekerjaan. Dia hanya mau fokus untuk menggapai cita-citanya sebelum membangun sebuah keluarga. Pria seperti ini akan berpikir kalau setelah menikah tidak bisa lagi mengejar mimpi dan harapannya. Dia ingin pernikahan yang bahagia karena hasil usahanya. Jadi, Anda harus selalu menyemangati dia memperoleh kesuksesan. Semua ini juga demi masa depan kalian berdua.

4. Masih Ingin Bebas
Alasan ini sudah sering dibahas di berbagai buku. Pria kerap kali takut tidak dapat bebas setelah menikah. Tanggung jawab yang begitu besar akan menjadi beban dalam hidupnya. Oleh karena itu, dia takut berkomitmen serius dalam hubungan kalian.

Coba Anda diskusikan baik-baik mengenai kelanjutan hubungan. Berikan keyakinan bahawa pernikahan bukan lah akhir dari kebebasan kaum pria. Kurangi sifat posesif dan cemburuan Anda supaya dia tidak merasa terkekang.

5. Berasal dari Keluarga Broken Home
Hal tersebut menjadi sesuatu yang paling sulit diatasi. Dia mempunyai pengalaman pahit mengenai sebuah keluarga. Dia selalu krisis kepercayaan dengan semua orang bahkan dengan Anda sekalipun. Dia tidak ingin mengalami kegagalan seperti kedua orang tuanya sehingga membuatnya sangat berhati-hati memilih wanita.

Buat dia percaya bahwa Anda benar-benar mencintainya dan ingin hidup bersama selamanya. Mungkin Anda butuh bantuan konselor agar meyakinkan dia tentang pernikahan yang harmonis. Jangan melakukan hal bodoh yang bisa merusak keyakinannya dengan Anda.

Romeltea Media
stresslagi Updated at:

Sebelum Menikah dengan Duda, Perhatikan 4 Hal Ini

Wanita menyukai pria yang lebih tua itu wajar. Beberapa dari mereka bahkan memiliki perbedaan usia yang cukup jauh dan tidak lagi memandang status pria tersebut. Sebagian wanita juga menganggap menjalin hubungan dengan duda lebih asyik karena sudah memiliki pengalaman. Namun banyak tantangan yang harus dihadapi ketika memiliki kekasih seorang duda.

Psikolog klinis dewasa Wulan Ayu Ramadhani, M. Psi. mengatakan, menjalin hubungan dengan duda tidak mudah. Masalah yang datang tidak hanya berasal dari hubungan keduanya saja, tapi juga pihak luar. Faktor anak dan mantan istri tentu menjadi kendala tersendiri yang cukup berat.

"Kita harus membedakan mana masalah kita, masalahku, dan masalah dia. Anak dan istri juga biasanya menjadi masalah yang cukup berat ya, tergantung pengertian kita saja," papar Wulan saat berbincang dengan Wolipop beberapa waktu lalu di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

1. Cari Tahu Latar Belakangnya
Psikolog sekaligus konsultan Wolipop, Ratih Ibrahim, menyarankan agar mencari tahu latar belakangnya. "Pertanyaannya apakah kamu sudah yakin menghabiskan sisa hidup kamu dengan sosok laki-laki ini? Bagaimana dengan latar belakang kehidupan pernikahannya, apa yang terjadi hingga ia dua kali menduda? Hal ini penting untuk kamu ketahui dan pelajari secara objektif terlepas dari rasa cinta kamu terhadap dirinya," ujar Ratih.

2. Mengenal Pasangan dari Masa Lalunya
Ratih menyarankan agar mengenal pasangan lebih dalam. Coba mencari informasi mengenai masa lalu dengan mantan istrinya, apakah pasangan termasuk pria yang tidak dapat berkomitmen, tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, atau sering berselingkuh. Ini harus dikenali sejak awal sebelum memutuskan menikah dengannya. Bukan berarti berburuk sangka tapi Anda tentu tidak ingin pernikahan berakhir seperti rumah tangga yang pernah dijalin oleh pasangan sebelumnya.

Serupa dengan Ratih, pengacara sekaligus penasihat hukum, Muhammad Muslih, S. Ag., SH, MH, mengatakan bahwa melihat masa lalunya juga penting agar tidak berulang kembali saat bersama Anda. "Kalau masalah duda atau janda yang perlu diketahui adalah alasan cerai, kalau cerainya ini adalah si dudanya KDRT ya bahaya karena akan terulang," papar pria yang akrab disapa Muslih itu.

3. Pikirkan Bila Pasangan Sudah Punya Anak
Bagaimana kesanggupan Anda bila pasangan membawa anak dari pernikahan sebelumnya? Apa Anda mampu menjadi seseorang yang akan merawat dan menyayangi anak pasangan seperti anak sendiri? Wulan menyarankan agar Anda yakinkan diri dulu sampai benar-benar siap menerima anaknya. Tidak hanya itu, Anda juga harus mempunyai pengertian yang cukup besar bila pasangan membutuhkan waktu dengan anak-anaknya. Wulan menyarankan untuk menghindari persaingan dengan anak. Biar bagaimanapun, persaingan dengan anak akan menyakiti diri sendiri.

4. Orangtua
Wulan menuturkan beberapa orangtua kerap merasa khawatir bila anak gadisnya berpacaran dengan pria yang sudah pernah gagal berumah tangga. Ini perlu dipikirkan dengan matang. Belum jika pasangan membawa anak hasil pernikahannya terdahulu. Terkadang orangtua berat menganggap bahwa anak yang dibawa pasangan juga akan menjadi bagian dari keluarga mereka.

"Ada kekhawatiran seperti 'sudah disekolahin tinggi-tinggi kok malah ngurus anak orang'. Orangtua juga terkadang berat menganggap bahwa anak yang dibawa oleh pasangan menjadi cucu mereka juga," tambahnya kemudian.

Romeltea Media
stresslagi Updated at:

 
back to top